Rabu, 04 Maret 2009



KAIRO, RABU — Perompak Somalia, Rabu (4/3), membebaskan kapal kargo Mesir bersama 28 awaknya yang mereka bajak di lepas pantai Somalia pada Tahun Baru, demikian dilaporkan Kantor Berita Mesir MENA.

Kapal itu dibebaskan setelah upaya-upaya penengahan yang dilakukan para pejabat intelijen dan Kementerian Luar Negeri Mesir, kata MENA tanpa menyebutkan apakah uang tebusan dibayar bagi pembebasan kapal Blue Star.

Bulan lalu, pemilik kapal itu, Abderrahman al-Awwa, mengatakan, ia telah mencapai kesepakatan dengan perompak mengenai jumlah uang tebusan yang harus dibayar. "Kami telah mencapai kesepakatan uang tebusan satu juta dollar AS," katanya.

Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, pada saat pembajakan itu sekitar 15 perompak, beberapa di antaranya membawa senjata berat, menyerang kapal yang sedang mengangkut 6.000 ton pupuk itu. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Kapal-kapal patroli NATO dan Uni Eropa (EU) berhasil menekan serangan-serangan perompak di perairan lepas pantai Somalia meski pembajakan masih sering terjadi dibanding dengan setahun lalu, menurut Kementerian Pertahanan Perancis.

Jumlah serangan di salah satu jalur perkapalan teramai di dunia itu naik menjadi 37 pada November lalu, sebulan setelah NATO memulai patroli-parolinya, kemudian turun menjadi 23 pada Desember, 17 pada Januari, dan 11 pada Februari, menurut data dari kementerian itu pada akhir Februari.

Meski ada unjuk kekuatan internasional, pada Februari 2009 masih terjadi serangan-serangan yang jumlahnya hampir empat kali dibanding dengan tiga upaya serangan pada Februari tahun lalu.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi NATO dan EU untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

EU telah memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU.

NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia.

Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, sebelumnya mengancam akan meledakkan kapal Ukraina pengangkut senjata yang dibajak jika mereka tidak menerima uang tebusan yang dituntut sebesar 20 juta dollar AS. Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden. Kapal Ukraina itu dibebaskan Kamis (5/2) setelah pembayaran uang tebusan 3,2 juta dollar AS.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan. Namun, kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar